Sabtu, 29 Juni 2013

Apa Kabar Pendidikan di Negeri ku?

PARADIGMA PENDIDIKAN MASA DEPAN
  
 
Selama tiga dasawarsa terakhir, dunia pendidikan Indonesia secara kuantitatif telah berkembang sangat cepat. Pada tahun 1965 jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 53.233 dengan jumlah murid dan guru sebesar 11.577.943 dan 274.545 telah meningkat pesat menjadi 150.921 SD dan 25.667.578 murid serta 1.158.004 guru (Pusat Informatika, Balitbang Depdikbud, 1999). Jadi dalam waktu sekitar 30 tahun jumlah SD naik sekitar 300%. Sudah barang tentu perkembangan pendidikan tersebut patut disyukuri. Namun sayangnya, perkembangan pendidikan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan yang sepadan. Akibatnya, muncul berbagai ketimpangan pendidikan di tengah-tengah  masyarakat, termasuk yang sangat menonjol adalah: a) ketimpangan antara kualitas output pendidikan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan, b) ketimpangan kualitas pendidikan antar desa dan kota, antar Jawa dan luar Jawa, antar pendudukkaya dan penduduk miskin. Di samping itu, di dunia pendidikan juga muncul dua problem yang lain yang tidak dapat dipisah dari problem pendidikan yang telah disebutkan di atas.
 
Pertama, pendidikan cenderung menjadi sarana stratifikasi sosial. Kedua, pendidikan sistem persekolahan hanya mentransfer kepada peserta didik apa yang disebut the dead knowledge, yakni pengetahuan yang terlalu bersifat text-bookish sehingga bagaikan sudah diceraikan baik dari akar sumbernya maupun aplikasinya.
 
Berbagai upaya pembaharuan pendidikan telah dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi sejauh ini belum menampakkan hasilnya. Mengapa kebijakan pembaharuan pendidikan di tanah air kita dapat dikatakan senantiasa gagal menjawab problem masyarakat? Sesungguhnya kegagalan berbagai bentuk pembaharuan pendidikan di tanah air kita bukan semata-mata terletak pada bentuk pembaharuan pendidikannya sendiri yang bersifat erratic, tambal sulam, melainkan lebih mendasar lagi kegagalan tersebut dikarenakan ketergantungan penentu kebijakan pendidikan pada penjelasan paradigma peranan pendidikan dalam perubahan sosial yang sudah usang. Ketergantungan ini menyebabkan adanya harapan-harapan yang tidak realistis dan tidak tepat terhadap efikasi pendidikan.
 
Peranan Pendidikan: Mitos atau Realitas?
 
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut peranan pendidikan amatlah strategis.
 
John C. Bock, dalam Education and Development: A Conflict Meaning (1992), mengidentifikasi peran pendidikan tersebut sebagai : a) memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa, b) mempersiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan mendorong perubahan sosial, dan c) untuk meratakan kesempatan dan pendapatan. Peran yang pertama merupakan fungsi politik pendidikan dan dua peran yang lain merupakan fungsi ekonomi.
 
Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional muncul dua paradigma yang menjadi kiblat bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan kebijakan pendidikan: Paradigma Fungsional dan paradigma Sosialisasi. Paradigma fungsional melihat bahwa keterbelakangan dan kemiskinan dikarenakan masyarakat tidak mempunyai cukup penduduk yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap modern. Menurut pengalaman masyarakat di Barat, lembaga pendidikan formal sistem persekolahan merupakan lembaga utama mengembangkan pengetahuan, melatih kemampuan dan keahlian, dan menanamkan sikap modern para individu yang diperlukan dalam proses pembangunan. Bukti-bukti menunjukkan adanya kaitan yang erat antara pendidikan formal seseorang dan partisipasinya dalam pembangunan. Perkembangan lebih lanjut muncul, tesis Human lnvestmen, yang menyatakan bahwa investasi dalam diri manusia lebih menguntungkan, memiliki economic rate of return yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi dalam bidang fisik.
 
Sejalan dengan paradigma Fungsional, paradigma Sosialisasi melihat peranan pendidikan dalam pembangunan adalah: a) mengembangkan kompetensi individu, b) kompetensi yang lebih tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan produktivitas, dan c) secara urnum, meningkatkan kemampuan warga masyarakat dan semakin banyaknya warga masyarakat yang memiliki kemampuan akan meningkatkan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, berdasarkan paradigma sosialisasi ini, pendidikan harus diperluas secara besar-besaran dan menyeluruh, kalau suatu bangsa menginginkan kemajuan.
 
Paradigma Fungsional dan paradigma Sosialisasi telah melahirkan pengaruh besar dalam dunia pendidikan paling tidak dalam dua hal. Pertama, telah melahirkan paradigma pendidikan yang bersifat analis-mekanistis dengan mendasarkan pada doktrin reduksionisme dan mekanistik. Reduksionisme melihat pendidikan sebagai barang yang dapat dipecah-pecah dan dipisah-pisah satu dengan yang lain. Meka Fns melihat bahwa pecahan-pecahan atau bagian-bagian tersebut memiliki keterkaitan linier fungsional, satu bagian menentukan bagian yang lain secara langsung. Akibatnya, pendidikan telah direduksi sedemikian rupa ke dalam serpihan-serpihan kecil yang satu dengan yang lain menjadi terpisah tiada hubungan, seperti, kurikulum, kredit SKS, pokok bahasan, program pengayaan, seragam, pekerjaan rumah dan latihan-latihan. Suatu sistem penilaian telah dikembangkan untuk menyesuaikan dengan serpihan-serpihan tersebut: nilai, indeks prestasi, ranking, rata-rata nilai, kepatuhan, ijazah.
 
Paradigma pendidikan lnput-Proses-Output, telah menjadikan sekolah bagaikan proses produksi. Murid diperlakukan bagaikan raw-input dalam suatu pabrik. Guru, kurikulum, dan fasilitas diperlakukan sebagai instrumental input. Jika raw-input dan instrumental input baik, maka akan menghasilkan proses yang baik dan akhirnya baik pula produkyang dihasilkan. Kelemahan paradigma pendidikan tersebut nampak jelas, yakni dunia pendidikan diperlakukan sebagai sistem yang bersifat mekanik yang perbaikannya bisa bersifat partial, bagian mana yang dianggap tidak baik. Sudah barang tentu asumsi tersebut jauh dari realitas dan salah. Implikasinya, sistem dan praktek pendidikan yang mendasarkan pada paradigma pendidikan yang keliru cenderung tidak akan sesuai dengan realitas. Paradigma pendidikan tersebut di atas tidak pernah melihat pendidikan sebagai suatu proses yang utuh dan bersifat organik yang merupakan bagian dari proses kehidupan masyarakat secara totalitas.
 
Kedua, para pengambil kebijakan pemerintah menjadikan pendidikan sebagai engine of growth, penggerak dan loko pembangunan. Sebagai penggerak pembangunan maka pendidikan harus mampu menghasilkan invention dan innovation, yang merupakan inti kekuatan pembangunan. Agar berhasil melaksanakan fungsinya, maka pendidikan harus diorganisir dalam suatu lembaga pendidikan formal sistem persekolahan, yang bersifat terpisah dan berada di atas dunia yang lain, khususnya dunia ekonomi. Bahkan pendidikan harus menjadi panutan dan penentu perkembangan dunia yang lain, khususnya, dan bukan sebaliknya perkembangan ekonomi menentukan perkembangan pendidikan. Dalam lembaga pendidikan formal inilah berbagai ide dan gagasan akan dikaji, berbagai teori akan dluji, berbagai teknik dan metode akan dikembangkan, dan tenaga kerja dengan berbagai jenis kemampuan akan dilatih.
 
Sesuai dengan peran pendidikan sebagai engine of growth, dan penentu bagi perkembangan masyarakat, maka bentuk sistem pendidikan yang paling tepat adalah single track dan diorganisir secara terpusat sehingga mudah diarahkan untuk kepentingan pembangunan nasional. Lewat jalur tunggal inilah lembaga pendidikan akan mampu menghasilkan berbagai tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Agar proses pendidikan efisien dan etektif, pendidikan harus disusun dalam struktur yang bersifat rigid, manajemen (bersifat sentralistis, kurikulum penuh dengan pengetahuan dan teori-teori (text bookish).
 
Namun, pengalaman selama ini menunjukkan, pendidikan nasional sistem persekolahan tidak bisa berperan sebagai penggerak dan loko pembangunan, bahkan Gass (1984) lewat tulisannya berjudul Education versus Qualifications menyatakan pendidikan telah menjadi penghambat pembangunan ekonomi dan teknologi, dengan munculnya berbagai kesenjangan: kultural, sosial, dan khususnya kesenjangan vokasional dalam bentuk melimpahnya pengangguran terdidik.
 
Berbagai problem pendidikan yang muncul tersebut di atas bersumber pada kelemahan pendidikan nasional sistem persekolahan yang sangat mendasar, sehingga tidak mungkin disempurnakan hanya lewat pembaharuan yang bersifat tambal sulam (Erratic). Pembaharuan pendidikan nasional sistem persekolahan yang mendasar dan menyeluruh harus dimulai dari mencari penjelasan baru atas paradigma peran pendidikan dalam pembangunan.
 
Penjelasan paradigma peranan pendidikan dalam pembangunan yang diikuti oleh para penentu kebijakan kita dewasa ini memiliki kelemahan, baik teoritis maupun metodologis. Pertama, tidak dapat diketemukan secara tepat dan pasti  bagaimana proses pendidikan menyumbang pada peningkatan kemampuan individu. Memang secara mudah dapat dikatakan bahwa pendidikan formal akan mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki sistem teknologi produksi yang semakin kompleks. Tetapi, dalam kenyataannya, kemampuan teknologis yang diterima dari lembaga pendidikan formal tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada. Di samping itu, adanya perubahan di bidang teknologi yang cepat, justru melahirkan apa yang disebut dengan de-skilled process, yakni dunia industri memerlukan tenaga kerja dengan keahlian yang lebih sederhana dengan jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit.
 
Kedua, paradigma fungsional dan sosialisasi memiliki asumsi bahwa pendidikan sebagai penyebab dan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat. Investasi di bidang pendidikan formal sistem persekolahan akan menentukan pembangunan ekonomi di masa mendatang. Tetapi realitas menunjukkan sebaliknya. Bukannya pendidikan muncul terlebih dahulu, kemudian akan muncul pembangunan ekonomi, melainkan bisa sebaliknya, tuntutan perluasan pendidikan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan ekonomi dan politik. Dengan kata lain, pendidikan sistem persekolahan bukannya engine of growth, melainkan gerbong dalam pembangunan. Perkemkembangan pendidikan tergantung pada pembangunan ekonomi. Sebagai bukti, karena hasil pembangunan ekonomi tidak bisa dibagi secara merata, maka konsekuensinya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan tidak juga bisa sama di antara berbagai kelompok masyarakat, sebagaimana terjadi dewasa ini.
 
Ketiga, paradigma fungsional dan sosialisasi juga memiliki asumsi bahwa pendapatan individu mencerminkan produktivitas yang bersangkutan. Secara makro upah tenaga kerja erat kaitannya dengan produktivitas. Dalam realitas asumsi ini tidak pernah terbukti. Upah dan produktivitas tidak selalu sering.  Implikasinya adalah bahwa kesimpulan kajian selama ini yang selalu menunjukkan bahwa economic rate of return dan pendidikan di negara kita adalah sangat tinggi, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan investasi di bidang lain, adalah tidak tepat, sehingga perlu dikaji kembali.
 
Keempat, paradigma sosialisasi hanya berhasil menjelaskan bahwa pendidikan memiliki peran mengembangkan kompetensi individual, tetapi gagal menjelaskan bagaimana pendidikan dapat meningkatkan kompetensi yang lebih tinggi untuk meningkatkan produktivitas. Secara riil pendidikan formal berhasil meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individual yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi modern. Semakin lama waktu bersekolah semakin tinggi pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Namun, Randal Collins, lewat karyanya The Credential Society: An Historicaf Sosiology of Education and Stratification (1979) menentang tesis ini. Berbagai bukti tidak mendukung tesis atas tuntutan pendidikan untuk memegang suatu pekerjaan-pekerjaan tersebut. Pekerja dengan pendidikan formal yang lebih tinggi tidak harus diartikan memiliki produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja .yang memiliki pendidikan lebih rendah. Banyak keterampilan dan keahlian yang justru dapat banyak diperoleh sambil menjalankan pekerjaan di dunia kerja formal. Dengan kata lain, tempat bekerja bisa berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang lebih canggih.
 
Paradigma Baru: Pendidikan Sistemik-Organik
 
Pembaharuan pendidikan nasional persekolahan harus didasarkan pada paradigma peranan pendidikan dalam pembangunan nasional yang tepat, sesuai dengan realitas masyarakat dan kultur bangsa sendiri.
 
Paradigma peranan pendidikan dalam pembangunan tidak bersifat linier dan unidimensional, sebagaimana dijelaskan oleh paradigma Fungsional dan Sosialisasi di atas. Melainkan, peranan pendidikan dalam pembangunan sangat kompleks dan bersifat interaksional dengan kekuatan-kekuatan pembangunan yang lain. Dalam konstelasi semacam ini, pendidikan tidak bisa lagi disebut sebagai engine of growth, sebab kemampuan dan keberhasilan lembaga pendidikan formal sangat terkait dan banyak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang lain, terutama kekuatan ekonomi umumnya dan dunia kerja pada khususnya. Hal ini membawa konsekuensi bahwa lembaga pendidikan sendiri tidak bisa meramalkan jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan oleh dunia kerja, sebab kebutuhan tenaga kerja baik jumlah dan kualifikasi yang diperlukan berubah dengan cepat sejalan kecepatan perubahan ekonomi dan masyarakat.
 
Paradigma peran pendidikan dalam pembangunan yang bersifat kompleks dan interaktif, melahirkan paradigma pendidikan Sistemik-Organik dengan mendasarkan pada dokrin ekspansionisme dan teleologi. Ekspansionisme merupakan doktrin yang menekankan bahwa segala obyek, peristiwa dan pengalaman merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan dari suatu keseluruhan yang utuh. Suatu bagian hanya akan memiliki makna kalau dilihat dan dikaitkan dengan keutuhan totalitas, sebab keutuhan bukan sekedar kumpulan dari bagian-bagian. Keutuhan satu dengan yang lain berinteraksi dalam sistem terbuka, karena jawaban suatu problem muncul dalam suatu kesempatan berikutnya.
 
Paradigma pendidikan Sistemik-Organik menekankan bahwa proses pendidikan formal sistem persekolahan harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Pendidikan lebih menekankan pada proses pembelajaran (learning) dari pada mengajar (teaching), 2) Pendidikan diorganisir dalam suatu struktur yang fleksibel; 3) Pendidikan memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki karakteristik khusus dan mandiri, dan, 4) Pendidikan merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan.
 
Paradigma pendidikan Sistemik-Organik menuntut pendidikan bersifat double tracks. Artinya, pendidikan sebagai suatu proses tidak bisa dilepaskan dari perkembangan dan dinamika masyarakatnya. Dunia pendidikan senantiasa mengkaitkan proses pendidikan dengan masyarakatnya pada umumnya, dan dunia kerja pada khususnya. Keterkaitan ini memiliki arti bahwa prestasi peserta didik tidak hanya ditentukan oleh apa yang mereka lakukan di lingkungan sekolah, melainkan prestasi perserta didik juga ditentukan oleh apa yang mereka kerjakan di dunia kerja dan di masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain, pendidikan yang bersifat double tracks menekankan bahwa untuk mengembangkan pengetahuan umum dan spesifik harus melalui kombinasi yang strukturnya terpadu antara tempat kerja, pelatihan dan pendidikan formal sistem persekolahan.
 
Dengan double tracks ini sistem pendidikan akan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dan fleksibilitas yang tinggi  untuk menyesuaikan dengan tuntutan pembangunan yang senantiasa berubah dengan cepat.
 
Berbagai problem yang muncul di masyarakat, khususnya ketimpangan antara kualitas pendidikan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia kerja merupakan refleksi adanya kelemahan yang mendasar dalam dunia pendidikan kita. Setiap upaya untuk memperbaharui pendidikan akan sia-sia, kecuali menyentuh akar filosofis dan teori pendidikan. Yakni, pendidikan tidak bisa dilihat sebagai suatu dunia tersendiri, melainkan pendidikan harus dipandang dan diberlakukan sebagai bagian dari masyarakatnya. Oleh karena itu, proses pendidikan harus memiliki keterkaitan dan kesepadanan secara mendasar serta berkesinambungan dengan proses yang berlangsung di dunia kerja.
 
Buku ini terdiri atas tiga bab. Bab I membahas pendidikan dari perspektif teori, dimulai dari pembahasan sistem pendidikan di dua negara: Jepang dan Amerika Serikat. Meskipun pendidikan Jepang pada awalnya merupakan "pinjaman" dari Amerika Serikat, tetapi pada bentuk akhir yang dipakai sampai saat ini ternyata berbeda. Perbandingan dua sistem pendidikan ini mewakili dua kutub: Pendidikan modern yang diwakili oleh pendidikan Amerika Serikat dan pendidikan yang konservatif yang diwakili oleh sistem pendidikan Jepang.
 
Tulisan kedua, membahas bagaimana kualitas pendidikan berkaitan erat dengan motivasi orang yang bekerja di dunia pendidikan. Motivasi, dari kacamata ekonomi hanya akan muncul apabila ada persaingan. Oleh karena itu, kebijakan pendidikan harus merangsang munculnya kompetisi di dunia pendidikan. Langkah strategis dalam mewujudkan kompetisi adalah kebijakan desentralisasi pendidikan. Desentralisasi, diduga akan erat berkaitan dengan  keberhasilan peningkatan mutu sekolah. Sebab, desentralisasi akan menimbulkan dorongan dari sekolah sendiri untuk maju sebagai dampak dari kepercayaan yang mereka peroleh.
 
Sudah barang tentu, desentralisasi yang memberikan otonomi lebih luas bagi sekolah diharapkan akan merubah pula aktivitas pada level kelas. Artinya, proses belajar mengajar juga harus berubah; paradigma baru mengajar harus dilahirkan, sebagaimana di bahas pada sub bab 4. Perubahan pada level kelas bisa saja merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi pada level sekolah. Sub bab 5, memmembahas bagaimana perubahan yang harus dikembangkan pada level sekolah.
 
Peran guru tidak bisa lepas dari karakteristik pekerja profesional. Artinya, pekerjaan guru akan dapat dilakukan dengan baik dan benar apabila seseorang telah melewati suatu proses pendidikan yang dirancang untuk itu. Sebagai suatu pekerjaan profesional, sudah barang tentu kemampuan guru harus secara terus-menerus ditingkatkan. Meski andai kata tidakpun guru tetap akan dapat melaksanakan tugas memenuhi standar minimal. Pada bab ini antara lain dibahas upaya peningkatan mutu guru dengan mendasarkan pada kemauan dan usaha para guru sendiri. Artinya, guru tidak harus didikte dan diberi berbagai arahan dan instruksi. Yang penting adalah perlu disusun standar profesional guru 'yang akan dijadikan acuan pengembangan mutu guru dan pembinaan guru diarahkan pada sosok guru pada era globalisasi ini. Sosok guru ini penting karena guru merupakan salah satu bentuk soft profession bukannya hard profession seperti dokter atau insinyur. Sudah barang tentu pendidikan dan pembinaan guru akan berbeda dengan dokter atau insinyur. Karena hakekat kerja dua bentuk profesi tersebut berbeda. 
 
Dimulai dari pembahasan tentang suatu pernyataan hipotetis bahwa berbagai persoalan di masyarakat seperti pengangguran, tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sistem pendidikan yang tidak "pas" dengan budaya Indonesia. Untuk menemukan pendidikan yang berakar budaya bangsa perlu dilaksanakan penajaman penelitian pendidikan. Namun dalam mencari pendidikan yang berakar pada budaya bangsa tidak berarti bahwa pendidikan harus bersifat ekslusif. Hal ini bertentangan dengan realitas globalisasi. Oleh karena itu, pencarian pendidikan yang berakar pada budaya bangsa harus pula memahami globalisasi yang dapat dikaji berdasarakan perspektif kurikuler dan perspektif reformasi. Bagaimana tantangan pendidikan yang harus dihadapi dimasa depan dibahas pula pada bab ini. Tantangan yang mendasar adalah bagaimana dapat melakukan reformasi pendidikan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi level kelas. Sejalan dengan upaya menemukan pendidikan yang berwajah Indonesia yang bermutu, kemampuan guru, kemauan guru dan kesejahteraan guru mutlak harus ditingkatkan. Upaya ini, jelas, bukan hal yang mudah tetapi sekaligus menantang. Sebab, guru di masa depan akan menghadapi persoalan-persoalan yang berbeda dengan di masa sekarang. Sosok guru di masa depan harus mulai dipikirkan. Pada prinsipnya tugas guru adalah mengimplementasikan kurikulum dalam level kelas. Kurikulum bagaikan paru-paru pendidikan, kalau baik paru-parunya baik pulalah tubuhnya. Dibahas pula tentang bagaimana seharusnya kurikulum dikembangkan. Dua landasan kurikulum adalah apa kata hasil-hasil penelitian tentang otak dan apa yang dibutuhkan oleh dunia kerja khususnya dan masyarakat pada umumnya. Selanjutnya, dibahas permasalahan ketimpangan dalam ruang-ruang kelas yang berujud prestasi siswa. Memang, ketimpangan pendidikan tidak bisa dilepaskan dari ketimpangan sosial ekonomi keluarga. Secara konkret pada level kelas harus dikembangkan kebijakan untuk mengurangi ketimpangan tersebut. Cooperative Learning Model diharapkan akan dapat mempersempit ketimpangan prestasi siswa. Prestasi siswa memang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan mengajar guru semata. Kultur sekolah oleh berbagai penelitian dipastikan ikut memegang peran penting. Oleh karena itu, dalam bab ini secara khusus dibahas masalah kultur sekolah dan bagaimana pembentukan serta peran kepala sekolah. Dan sudah barang tentu, kualitas pendidikan tidak hanya dapat diartikan pencapaian prestasi akademik semata, untuk itu perlu dibahas tentang prestasi atau hasil pendidikan yang utuh. Buku ini diakhiri dengan bahasan tentang bagaimana reformasi pendidikan harus dilaksanakan.

Ini dia satu karya yang tercipta dengan buku sebagai inspirasinya

ILMU
Karya : Doni WS

Ku buka buku helai demi helai
Ku baca kata demi kata dengan hati
Ku tulis semua makna dan arti

Ilmuku tak terasa berat ku bawa
Ke ingin tahuanku tak malu bertanya
Biar semua tahu itu apa
Biarku jawab itu semua
Karma ku tahu itu jawabannya

Otaku tak ingin beku
Pikiranku selalu ingin tahu
Karena pengetahuanku aku jadi lugu

Pasti Masiih banyak yang malees buat baca kan?Niih...aku punya beberapa Tips buat bikin kalian suka membaca..:)

5 Cara Menumbuhkan Minat Gemar Membaca
Kalau urusan Cara Menumbuhkan Minat Gemar Membaca | Tips Membaca Efektif | Cara Membaca Cepat, saya teringat kata-kata Hernowo penulis buku Best Seller “Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza”, Bayangkan seluruh buku yang ada disekeliling kita, bagaikan makanan yang paling kita sukai, ujarnya. Wah kalau buku itu seperti makanan pasti kita tidak akan ragu untuk melahap buku-buku itu. Tidak bisa dipungkiri memang bahwa sering tidaknya seseorang membaca dapat dilihat dari kadar pengetahuan orang itu sendiri. Saya melihat orang yang suka membaca itu selain lebih banyak pengetahuan yang ia tahu juga membuat dia lebih atraktif dalam berbicara karena banyak kosakata yang ia kuasai dari membaca.
Gambar Menumbukan Minat Gemar Membaca Pada Anak
 Gambar Menumbukan Minat Gemar Membaca Pada Anak
Buku adalah seperti makanan, tetapi makanan untuk jiwa dan pikiran. Buku adalah obat untuk luka, penyakit, dan kelemahan-kelemahan perasaan dan pikiran manusia. Jika buku mengandung racun, jika buku dipalsukan maka akan timbul bahaya yang sangat besar. (Ali Syari’ati)
Kegiatan membaca buku mampu mencegah kerusakan saraf-saraf otak. (DR.C. Edward Coffey)
Semakin banyak perangkat (yakni indra) yang Anda libatkan, semakin baik pula sebuah informasi terekam. (Colin Rose)

Baik untuk menambah kegemaran kita membaca berikut 5 Cara Menumbuhkan Minat Gemar Membaca Tips Membaca Efektif | Cara Membaca Cepat :
Pertama anda harus menganggap buku itu sebuah makanan yang lezat, menyadari bahwa buku adalah makanan ruhani kita yang sangat bergizi.
Tumbuhkanlah Rasa Ingin Tahu yang Besar dari buku yang akan kita abaca. meminjam kata-kata Einstein bahwa “aku bukanlah orang yang jenius atau memiliki kecerdasan khusus tapi aku hanyalah orang yang penasaran dan memiliki rasa ingin tahu yang besar “  
Kemudian cicipilah “kelezatan” dari  membaca buku itu sendiri dengan membaca ditempat yang nyaman dan sejuk.
Temukanlah hal-hal yang menarik dari buku yang anda baca dengan itu anda akan terangsang dan semakin penasaran untuk melahap habis buku itu.
  • 5.  Setelah membaca cobalah untuk merekam bacaan yang anda baca tadi dengan menuliskan hal-hal yang menarik yang dapat anda ambil.

Sebenernya apa siiih manfaat membaca selain buat nambah pengetahuan blooger?

Manfaat Membaca bagi kesehatan dan Lingkungan

Manfaat Membaca Bagi kesehatan
Membaca adalah salah satu kegiatan yang bermanfaat untuk kesehatan dan tidak sedikit pula manfaatnya,  membaca saat inipun tak hanya melalui media buku, media internetpun sering dijadikan tempat atau sarana untuk meluangkan minat baca kita. Membaca tentu memiliki keuntungan tersendiri bagi kesehatan diantaranya :

Membaca Melatih Mental Secara Aktif
Membaca merupakan proses melatih diri anda dalam hal ini otak anda untuk berproses, ketika membaca anda akan terdorong untuk memahami dan menganalisa apa yang anda baca. Dalam proses ini, Anda akan menggunakan sel abu-abu otak Anda untuk berfikir dan menjadi semakin cerdas, disamping mental anda juga akan terlatih secara aktif.

Menuntut ilmu adalah kewajiban Ummat Islam
Berdasarkan sejarah yang tercatat, dalam Islam ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah surat Al-Alaq 1:5 di Gua Hira. Membaca merupakan suatu kewajiban ummat Islam sesuai dengan firmah Allah
QS. Al Mujadila 58:11
"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. Al Mujadila 58:11)

Melatih otak (meningkatkan konsentrasi dan fokus)
Kesehatan fisik perlu dijaga dengan rajin berolahraga. Namun jangan melupakan kesehatan mental juga. Maka dari itu sebaiknya Anda membiasakan diri untuk rajin membaca setiap hari. Sebab aktivitas tersebut merupakan bentuk latihan pada otak agar tetap aktif dan mencegah Anda dari risiko kepikunan (lupa), dengan membaca akan melatih anda untuk dapat berkonsentrasi meskipun medianya adalah media internet ataupun media lainnya (Blog, E-Mail, Berita Online, buku, koran, dan lainnya)

Meningkatkan memori.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jika Anda tidak menggunakan memori anda, Anda bisa kehilangannya. Teka-teki silang adalah salah satu contoh permainan kata yang dapat mencegah penyakit Alzheimer. Membaca, walaupun bukan sebuah permainan, akan membantu Anda meregangkan “otot” memori Anda dengan cara yang sama. Membaca itu memerlukan ingatan terhadap detail, fakta dan gambar pada suatu literatur, alur, tema atau karakter cerita.

Menambah pengetahuan dan menambah Kosakata
Media baca saat ini tidak terfokus lagi pada media koran dan buku yang ada, media baca sudah merambah jauh kedalam lini kehidupan kita, seperti contoh media Blog, E-Mail, Berita Online, buku, koran, dan lainnya yang bersifat edukatif ataupun bersifat keingintahuan semata, media baca ini merambah mulai dari PC, Media maya lainnya dan sampai kepada Handphone yang digunakan untuk browsing tentang hal-hal yang ingin diketahui, tentu saja ini akan menambah pengetahuan kita karena media-media baca akan sangat mudah di akses. Dengan membaca anda dapat belajar bagaimana memaknai suatu suatu kata (yang belum Anda ketahui) dengan membaca konteks lain dari kata-kata selanjutnya di sebuah kalimat, buku adalah salah satu media yang menantang untuk dijelajahi oleh otak anda dan secara tidak langsung kata-kata yang baru menurut anda ini menambah perbendaharaan, referensi, atau Jumlah kosakata anda.

Meningkatkan kemampuan komunikasi dan Membangun Kepercayaan diri
Membaca bisa menambah pengetahuan dan informasi yang terjadi di lingkungan sekitar hingga kabar dunia. Anda pun akan lebih memahami apa yang terjadi di luar sana sehingga tidak akan tertinggal jika diajak mengobrol oleh teman atau saudara. Secara tidak langsung, membaca akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi Anda. Disamping itu membaca akan terbentuk dikarenakan referensi bacaan anda meningkat sehingga membuat anda lebih memiliki kepercayaan diri yang baik.

Memperbaiki suasana hati, Mengurangi kebosanan dan tingkat stres anda
Membaca novel, koran, atau buku pelajaran mampu mempengaruhi emosi seseorang. Sebab Anda akan lebih fokus dalam satu hal dan melupakan berbagai macam beban pikiran yang menyebabkan stres. Pada akhirnya, suasana hati Anda yang buruk akan menjadi lebih baik setelah membaca, tentu saja hal ini berdampak pada kebosanan dan tingkat stres anda, dimana ketika anda tidak bosan maka tingkat hormon stres anda akan menurun, membaca buku akan mengexplorasi diri anda, dan membuat diri anda berada pada titik nyaman dalam dunia membaca, mengetahui hal-hal yang baru akan menambah daya tarik anda tentang bacaan, sehingga anda merasa nyaman dan rasa keingintahuan anda akan bertambah.

Mendekatkan diri dengan keluarga
Cobalah untuk rutin membacakan dongeng pada anak sebelum mereka tidur. Kebiasaan ini jelas mampu mendekatkan diri Anda dengan keluarga. Anak juga pasti senang jika sebelum tidur mereka mendengarkan cerita yang dibacakan orang tuanya.
Artikel Rujukan :
http://remajaislam.com/dunia-muda/tips/93-8-manfaat-membaca.html
 

Uuuuuuuuups ngintip Sedikit tentang Hari Buku Nasional di Kediri Kemarin yuuuuuuuuuk......

Acara yang dipelopori oleh Tamna Baca Mahanani beserta pahlawan-pahlawan kerennya ini diberi tema "Nggak Malu Baca Buku". Uniknya peserta-pesertanya nggak cuma para remaja. Pesertanya mulai dari anak-anak playgroup sampai dengan umum. Niiih...sedikit foto yang bisa saya share buat kalian ..:)
Duuuh.....senengnya liat tunas-tunas bangsa yang gemar membaca....:)
oooya perlu saya jelaskan ya teman-teman bahwa peserta yang mengikuti acara ini diwajibkan memakai kostum-kostum unik looh...lucu-lucu ya mereka..





Minat Baca Masyarakat Indonesia Rendah, Mengapa?

Berdasarkan hasil survei UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) menunjukkan bahwa minat baca masyarakat yang paling rendah di ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah negara Indonesia (“Minat Baca Masyarakat Indonesia Paling Rendah di ASEAN”, Warta Online, 26 Januari 2011). Rendahnya minat baca ini dibuktikan dengan indeks membaca masyarakat Indonesia yang baru sekitar 0,001, artinya dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi. Angka ini masih sangat jauh dibandingkan dengan angka minat baca di Singapura yang memiliki indeks membaca sampai 0,45 (“Galakkan Baca Buku untuk Kemajuan Bangsa”, Media Indonesia, 17 Mei 2010).
Lebih lanjut, Media Indonesia menyebutkan bahwa menurunnya minat baca masyarakat Indonesia tidak terlepas dari kurangnya kesadaran publik akan arti penting membaca bagi peningkatan kemampuan dan kesejahteraan diri maupun bangsa. Selain itu, maraknya media elektronik (televisi dan internet) yang kebanyakan berisi tayangan hiburan, pornografi, iklan komersial, dan hal-hal hedonistis lainnya menjauhkan masyarakat dari budaya membaca. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia adalah kondisi ekonomi masyarakat Indonesia. Kondisi ekonomi menyebabkan akses masyarakat terhadap buku-buku bermutu semakin sulit, karena untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok sehari-hari sudah kesulitan, apalagi membeli koran, buku, atau bacaan lainnya. Komitmen pemerintah menyediakan buku dan bahan bacaan yang berkualitas dan murah, perpustakaan umum, juga masih rendah.
Rendahnya minat baca ini akan mempengaruhi kualitas bangsa Indonesia, karena masyarakat Indonesia tidak bisa mengetahui dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi di dunia, di mana pada ahirnya akan berdampak pada ketertinggalan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia dapat mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara tetangga, perlu menumbuhkan minat baca sejak dini sebagai salah satu upaya penanaman rasa senang membaca pada diri individu. 
Penumbuhan minat baca sejak dini ini dilakukan sejak masyarakat Indonesia mulai dapat membaca. Penumbuhan minat baca sejak dini, diharapkan bisa meningkatkan budaya membaca masyarakat Indonesia.

Lagi-lagi seputar Taman Baca Mahanani

Emang nggakada bosen nya blogger buat share ke kalian tentang salah satu tempat favoritku ini..yaapz taman baca mahanani yang kini menjadi tempat terasyik buat ku. Sebenarnya apa dan bagaimana sih Mahanani ini bisa muncul?Truus apa juga arti dari kata Mahanani itu sendiri????1 Nah, saat ini saya akan menyuguhkan hasil wawancara yang dilakukan oleh teman-teman dari kampung fiksi dengan sang penggagas berdirinya Mahanani itu sendiri. Check this out ..:)

Interview dengan Naim Ali sebagai pengurus utama Taman Baca Mahanani :


1. Boleh diceritakan sedikit mengenai profile diri Naim sendiri?

Saya tinggal di Kediri Jatim, suka ketawa tapi dalam hitungan detik bisa berubah jadi sok serius yang kelihatannya sangat nggak keren. Santai saja kenapa, sih? Haha! Kadang juga suka nulis puisi meski sering nggak ngerti sendiri apa maksud puisi yang baru saja ditulis, bahkan nggak jarang juga bertanya dengan diri sendiri, “Ini puisi, ya?!”.



2. Apa yang mendorong Naim mendirikan taman baca Mahanani?

Banyak faktor, sih. Malah klise semua. Seperti saya hanya ingin berguna semampu saya, atau dulu saya termasuk orang yang malas membaca, atau ingin orang-orang lain selain saya jangan sampai mengalami pengalaman tidak suka membaca seperti saya. Hihi, klise, kan? Dan perlu digaris bawahi, saya tidak mendirikan Taman Baca Mahanani sendirian. Bisa dibilang, yayasan yang dulu susah payah dibangun oleh orang tua saya adalah salah satu pencetus berdirinya Mahanani. Juga banyak kalangan masyarakat, kawan, saudara yang ikut mendukung berdirinya Mahanani. Lalu apa salahnya bila saya ikut-ikutan ‘nimbrung’ di situ, sebatas kemampuan saya, tentunya.

3. Apa arti dari Mahanani dan mengapa diberi nama itu?

Mahanani adalah nama yang diberikan oleh ibu saya, diambil dari bahasa jawa yang berarti migunani, suatu yang berguna. Bisa juga diartikan sebagai ‘wahana’, sebuah sarana. Sesuai namanya, semoga Taman Baca Mahanani selalu berguna, sanggup menjadi sarana belajar apa saja bagi masyarakat lebih luas tanpa mengenal batas, golongan, ras, siapa saja, diawali dari membaca apa saja. Yang dibaca nggak harus buku, kan? Tapi ini bukan maksud membuka praktek dukun atau telepati, lho. Haha!

4. Jadi bagaimana konsep kerja Taman Baca Mahanani? Apakah seperti perpustakaan? Bolehkah buku-bukunya dibawa pulang si peminjam?

Kurang lebih seperti itu. Buku-buku di Mahanani boleh dibaca di tempat atau dipinjam untuk dibaca di rumah, di luar Mahanani. Gratis! Tanpa bayar seperser pun. Peminjam bebas memilih berapa lama (hari) waktu pinjam asal tidak lebih dari 1 minggu, jumlah peminjaman maksimal 3 (judul) buku. Bila buku belum juga dikembalikan melebihi batas waktu pinjam, Mahanani akan menjemput bukunya langsung ke alamat peminjam.


5. Darimana buku-buku di taman baca Mahanani berasal?

Sangat sedikit dari koleksi pribadi dan amat sangat banyak dari sumbangsih para malaikat, termasuk para bunglon Kampung Fiksi, sampai Mahanani kebingungan cara untuk berterimakasih, membalas tiap kemuliaan mereka. Mereka keren, mereka selalu bikin kejutan-kejutan yang mengharukan. Semoga tiap tetes haru Mahanani ini bisa menjadi doa tulus untuk kebaikan maupun kesuksesan dunia akhirat mereka semua. Amin..

6. Koleksi buku terbanyak genre apa (fiksi, ilmu penget, politik, dll)?

Pengetahuan umum, berikutnya fiksi. Sedangkan koleksi buku untuk anak-anak masih bisa dibilang sedikit.


7. Koleksi di atas kira2 jumlah bukunya udh berapa?

Pada awal berdiri, tanggal 21 April 2010, ada 1000 eksemplar buku. Mayoritas buku pengetahuan umum. Sekarang kurang lebih hampir telah mencapai 2000an eks buku dalam koleksi Mahanani, termasuk yang belum sempat masuk dalam data kita.

8. Taman bacaan ini target pengunjungnya lebih ke arah mana? Anak2? Remaja? Dewasa? Umum?

Mahanani dibuka untuk umum, namun mayoritas program-program kita, entah yang sudah terealisasi atau pun yang masih dalam wacana dan rencana kita, segmentasinya lebih ke anak-anak dan remaja.

9. Sampai skrg yg rajin pinjam/baca anak2-remaja-pelajar atau dewasa/umum?

Peminjam terbanyak adalah anak-anak dan remaja. Ini mungkin karena segmen agenda kita yang berjalan masih untuk kalangan mereka. Ironinya sih, perbendaharaan buku untuk mereka juga minim. Keren, deh. Haha!

10. Pastinya pengelolaan perpust butuh dana, dari mana? Apa bayar kalo pinjam atau ada donatur? Atau Naim donaturnya?

Kita nggak ada dana pasti. Haha! Buku Mahanani, kan, dipinjamkan secara gratis. Sebenarnya peminjam yang telat mengembalikan buku kita kenakan denda sebesar Rp. 200,- tapi peraturan itu belum kita berlakukan. Jadi anggaran dana sebagian dari kocek pribadi. Beberapa waktu lalu ada donatur ikut bantu. Sebagian besar dananya langsung kita gunakan untuk pengadaan rak buku. Mereka mengatasnamakan diri mereka sebagai Rahasia. Kita, sih, tetap nyebut mereka sebagai MALAIKAT! Hahahaha…

11. Siapa saja yang mengelola Taman baca Mahanani?

Saya yang menanggung jawabi Mahanani. Baru-baru ini Mahanani dibantu oleh beberapa manusia keren. Bagaimana, tidak? Mereka tiba-tiba mau bantu Mahanani tanpa mau dibayar, sembari nyambi kuliah di Univ. Nusantara PGRI Kediri.

12. Ceritakan ttg kegiatan anak2 spt Kalis (karya-tulis) dan bgmn antusiasme anak2?

Untuk Kalis, sebenarnya kita masih baru mengawali kegiatan itu. Karena dulu kita memang kebingungan dengan bagaimana cara mengawali kegiatan tulis-menulis. Ceritanya lucu, sih, tapi panjang. Jadi mending nggak usah diceritakan saja ya. Haha! Jadi, hanya sebatas memprovokasi mereka untuk terus menulis apa saja yang mereka pingin tulis, tidak lupa untuk selalu rajin membaca, tentunya. Setiap tulisan yang dikumpulkan akan kita jadikan bahan obrolan kepada mereka, beberapa kita arahkan bakat tulisnya. Sesuai saran teman, tulisannya segera kita salin dan ditempelkan jadi mading.
Ada juga agenda dongeng –kita namai dengan “Do Seneng” untuk anak-anak TK/ Play Group setiap minggu atau sewaktu-waktu, bila ada pihak sekolah (TK/ Play Group) yang minat berkunjung.
Rencana besok ada Main-main Buku. Semacam hasta karya, praktik karya sesuai dari buku yang telah dibaca. Itu awalnya karena kemarin ada anak yang belum mau mengembalikan bukunya, sebab dia belum selesai mempraktikan membuat rumah semut berdasarkan buku yang dia pinjam. Sepertinya kalau dikerjakan bersama atau berkelompok akan lebih seru.

13. Apakah ada anak2 tsb yg berminat utk menulis dan mencoba karyanya utk dipubliskan/diterbitkan...jika ada bagaimana cara naim utk mendukung minat mereka itu...

Kalau minat untuk dipublikasikan, sih, belum ada. Ini menjadi PR kita untuk mengenalkannya, tak bosan juga selalu menyemangati mereka. Lawong tahu karya mereka mau dipajang di mading saja malu, kok. Hihi, lucu sekaligus seru. Mengamati mereka saling membanggakan tulisan, tak mau kalah dengan temannya itu sangat seru. Saya berani jamin, anda akan tertawa, minimal bakal senyum-senyum geli bila ikut mengamati polah mereka.

14. Apakah ada kegiatan rutin yang dilakukan secara berkala untuk menarik minat membaca?

Selain kegiatan-kegiatan sederhana tadi, ada Buku Keliling tiap minggu dengan becak bahenol kita itu. Buku Mampir, untuk wilayah yang jauh dari jangkauan Mahanani; dengan menitipkan beberapa buku di tempat-tempat yang bisa dipercaya dititipi buku agar dipinjam-pinjamkan kepada masyarakat sekitar. Setiap minggunya buku kita ambil dan diganti dengan buku-buku baru.

15. Apa harapan Naim dari taman baca Mahanani?



Semoga taman baca ini, khususnya saya, tak bosan belajar walaupun bila kelak virus minat belajar yang pelan-pelan kita sebar semakin meluas. Ternyata, usaha meningkatkan minat baca (apalagi buku) itu adalah usaha yang muluk-muluk. Pada dasarnya aktifitas sekecil apa pun sama halnya dengan membaca, proses belajar yang tidak kita duga. Tinggal bagaimana kreatifitas kita mengolahnya.

Terima kasih atas penjelasannya Naim :) Semoga para pembaca bisa terketuk hatinya setelah membaca hasil wawancara ini dan maju terus Taman Baca Mahanani.

Mereka juga bisa dihubungi di:
Taman Baca Mahanani
Up. Naim
Jl. Supiturang Utara 13 Kediri 64112

Perpustakaan Keliling Gratis Itu Menggunakan Becak

Naim Ali Sulap Becak Bahenol dan Kandang Jadi Taman Baca


Pojok pitu isuk JTV (TV Lokal Jawa Timur) pagi ini menjadi teman saya menyantap bubur jagung buatan ibu. Luekoh tenan! Lebih menarik lagi ketika ditampilkan liputan seorang pemuda gondrong asal Kediri yang berhasil menyulap becak dan bekas kandang jadi taman bacaan untuk warga di sekitarnya. Saya langsung tertarik dan mencari profilnya di mbah google.
Sebut saja Naim, pemilik Taman Baca Mahanani yang berlokasi di Jl. Supiturang Utara 13, Kediri ini memiliki cara yang terbilang unik untuk menggiatkan program Indonesia membaca kepada warga di daerah sekitar tempat tinggalnya. Setiap 3 kali seminggu ia datang berkeliling kampung sambil mbecak. Becaknya pun sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar muat menampung buku-buku yang dibawanya. Semuanya GRATIS. Pun dengan taman baca Mahanani yang dikelolanya memiliki sekretariat di sebuah eks kandang (lupa, sapi/ ayam).
Dengan slogan Dunia Selebar Buku ia ingin agar taman bacanya menjadi wahana belajar bersama. Apa saja. Dimulai dari membaca apa saja. Tak jarang buku yang dipinjamkannya hilang. Lalu apa katanya? “Itu kan buku, yang mengambil pun pasti niatnya ingin membaca. Kalau dijual lagi, yang membeli nanti niatnya juga karena ingin membaca. Jadi kalau hilang atau dijual pun tidak masalah.”
Saya jadi teringat salah seorang pemuda dari Jogja yang pernah diceritakan oleh pembimbing spiritual saya beberapa waktu. Pemuda lulusan SMA itu pun prihatin terhadap rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, khusunya di pelosok Jogja. Akhirnya ia rela memodifikasi motornya menjadi taman bacaan, dan berkeliling dari satu kampung ke kampung yang lain untuk mengenalkan buku kepada mereka. Niat baiknya pun disambut oleh beberapa donatur yang akhirnya memberikan sejumlah dana untuk memperluas proyek sosialnya. Dan alhamdulillah kabarnya ia telah memiliki tambahan koleksi buku dan membeli satu motor lagi untuk memperluas jangkauan taman bacaannya.
Kembali lagi ke Mahanani, berikut hasil penelusuran saya :
“Ingin berguna semampu saya. Dulu saya termasuk orang yang malas membaca, saya tidak ingin orang lain seperti saya dan tentunya menjadi lebih baik dari saya,” aku Naim. “Saya tidak mendirikan Taman Baca Mahanani sendirian. Orang tua saya adalah salah satu pencetusnya. Juga banyak kalangan masyarakat, kawan, saudara yang ikut mendukung.”
Mahanani adalah nama yang diberikan oleh ibu. Diambil dari bahasa jawa yang berarti migunani, artinya sesuatu yang berguna. Bisa juga diartikan sebagai wahana, sarana. Sesuai namanya, semoga Taman Baca Mahanani selalu berguna, sanggup menjadi sarana belajar apa saja bagi masyarakat lebih luas tanpa mengenal batas, golongan, ras, siapa saja, diawali dari membaca apa saja. Yang dibaca nggak harus buku, kan?”
“Konsep Mahanani hampir sama seperti perpustakaan. Buku-buku di sini boleh dibaca di tempat atau dipinjam untuk dibawa pulang. Tanpa bayar seperser pun. Peminjam bebas memilih berapa lama (hari) asal tidak lebih dari 1 minggu. Jumlah peminjaman maksimal 3 (judul) buku. Bila buku belum juga dikembalikan melebihi batas waktu pinjam, Mahanani akan menjemput bukunya langsung ke alamat peminjam.”
“Buku-buku yang ada di Mahanani berasal dari sumbangsih berbagai pihak, termasuk Bunglon Kampung Fiksi. Sampai Mahanani kebingungan untuk berterimakasih dan membalas tiap kemuliaan mereka. Mereka keren, mereka selalu bikin kejutan-kejutan yang mengharukan.”
“Buku-buku yang ada di Mahanani kebanyakan pengetahuan umum, fiksi. Sedangkan koleksi buku untuk anak-anak masih bisa dibilang sedikit. Pada awal berdiri, tanggal 21 April 2010, ada 1000 eksemplar buku. Mayoritas buku pengetahuan umum. Sekarang kurang lebih hampir telah mencapai 2000. Peminjam terbanyak adalah anak-anak dan remaja.”
“Kegiatan di Mahanani tak hanya seputar membaca dan meminjam buku saja. Ada juga kalis (karya tulis), membuat mading, Do seneng (dongeng), main-main buku dengan membuat hasta karya, keliling kampung dengan becak bahenol dan menitipkan di beberapa tempat yang dipercaya dan rutin diganti dengan buku baru.”
“Saat ini saya yang bertanggung jawab di Mahanani. Baru-baru ini dibantu oleh dua manusia dari Universitas Nusantara PGRI Kediri. Harapannya semoga taman baca ini terus berkembang, kita tak bosan belajar walaupun virus minat belajar yang kita sebar semakin meluas. Karena pada dasarnya aktifitas sekecil apa pun seperti meningkatkan minat baca sama halnya dengan membaca itu sendiri. Tinggal bagaimana kreatifitas kita mengolahnya.”
Tertarik urun buku, bisa langsung kunjungi fanpage fb nya atau via email ke  tamanbaca.mahanani at gmail.com
 

Minat Baca Orang Indonesia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fadli Zon, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra mengatakan, partainya sangat mendukung peningkatan minat baca di Indonesia.
Apalagi, kata dia, saat ini tingkat minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah, yakni hanya 0,01 persen.
Itu berarti, menurutnya, hanya satu dari 10 ribu orang yang memiliki keinginan membaca. Jumlah itu jauh lebih kecil ketimbang Jepang (45 persen) dan Singapura (55 persen).
Terkait hal itu, di Hari Buku Nasional yang diperingati setiap 17 Mei, diharapkan bisa menjadi refleksi bagi semua anak bangsa, untuk menghargai pentingnya membaca buku. Buku membentuk watak bangsa, kata Bung Hatta.
Buku merupakan pintu ilmu dan jendela melihat dunia. Membaca tiap halaman buku sama dengan membuka tiap lapis tirai dunia. Buku melahirkan pikiran-pikiran besar dunia, membentuk ideologi bahkan membangun peradaban.
Pendiri Fadli Zon Library menuturkan, usaha mencerdaskan bangsa tak bisa dipisahkan dari buku. Pembentukan SDM unggul dimulai dari membaca buku.
"Bangsa yang besar juga ditandai perpustakaan yang besar. Library of Congres AS misalnya, menjadi perpustakaan terbesar di dunia. Begitu pula British Library di London. Umumnya, Presiden AS yang usai masa tugasnya, mendapat dana untuk bangun perpustakaan. Itu sekadar contoh kepedulian bangsa-bangsa besar terhadap buku dan perpustakaan," papar Fadli.
Karena itu, dalam manifesto perjuangan Gerindra, partai besutan Prabowo Subianto mendorong perlunya perpustakaan berkualitas internasional di daerah-daerah.
Tak hanya koleksi buku yang banyak, namun dilengkapi fasilitas membaca dan infrastruktur yang nyaman. Sehingga, dapat meningkatkan minat baca putra-putri bangsa, dan semakin mendekatkan mereka membuka tirai dunia.
"Lebih fundamental lagi, kegiatan ini merupakan amanat konstitusi, mencerdaskan kehidupan bangsa," tegasnya.
Kualitas SDM yang baik adalah modal utama pembangunan dan bekal menghadapi globalisasi yang penuh persaingan. Buku adalah pedoman menuju peradaban. (*)
Terkait    #Fadli Zon   #Partai Gerindra
Penulis: Srihandriatmo Malau

Memperingati Hari Buku Nasional yang dipelopori oleh Taman Baca Mahanani..:)..:)


Mahanani dan Naim Ali, dua nama yang tidak bisa dilepaskan. Satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
Ini adalah lanjutan dari postingan saya tanggal 6 mei lalu mengenai ajakan “Satu Kompasianer Satu Buku dan kembali diubah hastagnya di twitter menjadi #1Blogger1Buku di mana saya mengajak teman-teman untuk berbagi buku bersama untuk acara tanggal 17 mei bertepatan dengan hari buku nasional. Sejak dibuatnya postingan tersebut, alhamdulilah bantuan banyak berdatangan. Teman-teman blogger yang langsung merespon tulisan tersebut, Ila dengan gerilyanya di twitter juga Mas Ahmed kompasianer yang juga akan turut serta ke Solo memention satu demi satu peserta yang akan datang ke ASEAN Blogger.
Sampai di Solo, kamis sore dan menjelang gala dinner di rumah walikota Solo, sudah mulai ada teman blogger yang akan memberikan bukunya. Sampai esok hari, hari pertama acara di hotel kesuma Sahid, saya lebih banyak bermention ria dengan teman-teman yang akan menyumbangkan buku. Sampai hari terakhir, beberapa teman-teman blogger masih memberikan buku untuk program tersebut.

Minggu, 12 mei saya berangkat ke Jogja bersama dengan teman-teman Canting dan beberapa teman-teman blogger yang akan jalan-jalan ke Jogja. Tertolonglah beban gembolan-gembolan buku itu oleh para teman-teman yang keren. Dua hari di Jogja, baru kemudian saya dan Mbak Dwi Purwanti menuju ke Kediri.
Rabu pagi 15 mei dengan menaiki travel dari Jogja bersama Mbak Dwi, kita sampai di Kediri. Karena kesibukannya, Mbak Dwi memilih pulang lebih dulu sore harinya. Sedang saya masih menunggu sampai tanggal 17 menunggu acara hari H bermula.
Mas Naim, masih dengan cerita-ceritanya. Cerita tentang proses perjalanan acara “Nggak Malu Baca Buku” tentang niatnya membagi-bagi buku dan lain sebagainya dan lain sebagainya. Keadaan yang terlihat membuat saya menyimpulkan sendiri dengan apa yang saya lihat, perbedaan yang sangat mencolok antara komunitas daerah dan komunitas ibu kota. Iya, sangat berbeda, beberapa kali sempat menghadiri gathering dari komunitas kenamaan di ibu kota yang sangat mewah dan di tempat yang wah. Tapi dengan segala keterbatasan yang ada, acara yang digagas oleh Mas Naim dan Agung pelan tapi pasti mulai melihatkan gerahamnya.  Menegangkan untuk jajaran panitia yang bekerja secara sukarela.
16 mei, kamis malam saya diajak mbak Ulya kakak Mas Naim Ali untuk datang ke Pemkot. Terkejut dengan pemandangan di halaman pemkot, tenda-tenda yang berjejer, kursi-kursi yang berbaris rapih membuat saya berdecak kagum. Naim Ali GILA! Lagi-lagi, kalimat itu yang terpikir di kepala saya. Dengan perjuangannya yang memakan waktu lama dan sangat sulit itu, tapi berhasil menarik banyak pihak untuk terlibat.
Dan hari ini, tepatnya pagi tadi acara puncak akhirnya terselenggara sudah. Jam enam pagi, saya dengan beberapa teman dari YPPI berangkat dari Mahanani menuju pemkot. Sampai di pemkot, teman-teman panitia sudah mulai sibuk dengan tugasnya masing-masing. Satu demi satu, peserta mulai berdatangan. Dari anak TK, SD juga anak-anak SMU. Mereka datang tak hanya membawa satu buku di tangan, tapi juga dengan kostum masing-masing sekolah yang mempunyai keunikan dan perbedaan sendiri.
Dua MC yang bekerja sama dengan baik, Mas Kus dari YPPI yang menghipnotis peserta untuk ajakan membaca serentak selama lebih kurang sepuluh menit, sambutan dari walikota Kediri, dongeng dari Kak Nit-nit, juga tampilan dari beberapa komunitas yang hadir semua ditampilkan pagi tadi.
Mengetahui seluk-beluknya, mengetahui ceritanya sendiri dari Mas Naim Ali sebelum acara ini sampai terselenggaranya acara ini saya masih berpikir dan selalu kepikiran Mas Naim Ali itu gila. Iya, lagi-lagi dia adalah orang gila! Gila dengan nekatnya, gila dengan kemauannya. Dan kegilaannya itu alhamdulilah membuahkan hasil. SALUT! Bukan hanya dengan Mas Naim Ali, tapi juga relawan-relawan Mahanani.



Sources : http://media.kompasiana.com/buku/2013/05/17/hari-buku-561174.html 


Karya Terindah Anak Kediri

Disebuah gang kecil di permukiman warga di Kelurahan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur, beberapa anak usia sekolah dan ibu-ibu terlihat mengerubuti sebuah becak yang penuh dengan muatan berbagai macam buku bacaan.
Ada yang sibuk membolak-balik buku, adapula yang sekadar menonton. "Ya, bapak-bapak, ibu-ibu, adik-adik, embak-embak, ayo, siapa yang mau baca atau pinjam buku, silakan datang. Gratis!" teriak seorang pemuda melalui pengeras suara yang ditentengnya, Minggu (11/3/2012).
Pemuda itu adalah Naim. Sejak setahun yang lalu, hampir setiap akhir pekan, warga Jalan Supit Urang Nomor 13, Kelurahan Mojoroto, Kota Kediri, ini menggunakan moda transportasi becak untuk mempermudah keluar masuk gang demi meminjamkan buku.
Dengan kendaraan roda tiganya itu, ia membentuk beberapa titik atau tempat mangkal becaknya untuk melayani masyarakat. Tidak ketinggalan pula pengeras suara untuk melengkapinya.
Jika suara Naim terdengar, masyarakat hafal betul bahwa sudah tiba saatnya meminjam atau mengembalikan buku. Buku yang disiapkan beraneka ragam, mulai dari buku ajar, pengetahuan umum, hingga fiksi.
Masing-masing buku dapat dipinjam selama seminggu. Sementara peminjamnya juga lumayan banyak, tercatat ada tiga ratus anggota mulai anak-anak, remaja, hingga ibu-ibu.
"Awalnya anak saya yang sering pinjam buku pelajaran atau buku cerpen. Lalu saya ikutan pinjam, seperti buku ini. Lumayanlah untuk menambah wawasan," kata ibu Tamsil, salah satu peminjam buku sambil mengangkat sebuah buku resep masakan.
Untuk membantu rutinitasnya itu, Naim ditemani oleh seorang rekan yang biasanya berasal dari kalangan mahasiswa yang menjadi sukarelawan. Partnernya itu bertugas membukukan sirkulasi peminjaman.
Meski demikian, penggunaan becaknya itu bukanlah program utamanya. Upayanya meminjamkan buku dengan sistem jemput bola itu merupakan satu dari beberapa program taman baca yang ia kelola bersama keluarga di rumahnya.
Taman baca yang ia beri nama Mahanani itu juga cukup sederhana. Bangunannya berukuran sekitar 6 x 10 meter yang didominasi kayu dan dindingnya pun hanya anyaman bambu. Maklum saja, bangunan itu dulunya bekas kandang sapi.
Meskipun demikian, koleksi bukunya mencapai dua ribu buah yang tertata rapi pada dua rak bertingkat empat. Asal-usul buku itu selain milik pribadi, banyak juga hasil sumbangan dari masyarakat yang simpatik.
Naim menuturkan, apa yang dilakukannya sekadar untuk mengajak masyarakat agar terus belajar, salah satunya melalui media buku itu. Ketulusannya itu didasari atas keinginannya untuk dapat berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Tentunya kita semua ingin bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita," ujar pemuda yang sempat mengenyam pendidikan tingkat sekolah menengah atas ini.
Sementara buku menjadi mediumnya dalam mengabdi kepada masyarakat karena ia merasakan pentingnya buku dalam menunjang pembelajaran. "Pada intinya belajar itu dapat dilakukan dengan apa saja, salah satunya dengan buku ini," imbuhnya.
Untuk operasionalnya, tidak ada sumber pendanaan yang tetap. Ia hanya pekerja paruh waktu di bidang media promo. Namun, hal itu tak menyurutkan langkahnya untuk tetap berkarya. "Saya sendiri heran kenapa bisa terus bertahan," ujarnya.