Naim Ali Sulap Becak Bahenol dan Kandang Jadi Taman Baca
Pojok pitu isuk JTV (TV Lokal Jawa Timur) pagi ini menjadi teman saya
menyantap bubur jagung buatan ibu. Luekoh tenan! Lebih menarik lagi
ketika ditampilkan liputan seorang pemuda gondrong asal Kediri yang
berhasil menyulap becak dan bekas kandang jadi taman bacaan untuk warga
di sekitarnya. Saya langsung tertarik dan mencari profilnya di mbah
google.
Sebut saja Naim, pemilik Taman Baca Mahanani yang berlokasi di Jl.
Supiturang Utara 13, Kediri ini memiliki cara yang terbilang unik untuk
menggiatkan program Indonesia membaca kepada warga di daerah sekitar
tempat tinggalnya. Setiap 3 kali seminggu ia datang berkeliling kampung
sambil mbecak. Becaknya pun sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar muat
menampung buku-buku yang dibawanya. Semuanya GRATIS. Pun dengan taman
baca Mahanani yang dikelolanya memiliki sekretariat di sebuah eks
kandang (lupa, sapi/ ayam).
Dengan slogan Dunia Selebar Buku ia ingin agar taman bacanya menjadi
wahana belajar bersama. Apa saja. Dimulai dari membaca apa saja. Tak
jarang buku yang dipinjamkannya hilang. Lalu apa katanya? “Itu kan buku,
yang mengambil pun pasti niatnya ingin membaca. Kalau dijual lagi, yang
membeli nanti niatnya juga karena ingin membaca. Jadi kalau hilang atau
dijual pun tidak masalah.”
Saya jadi teringat salah seorang pemuda dari Jogja yang pernah
diceritakan oleh pembimbing spiritual saya beberapa waktu. Pemuda
lulusan SMA itu pun prihatin terhadap rendahnya minat baca masyarakat
Indonesia, khusunya di pelosok Jogja. Akhirnya ia rela memodifikasi
motornya menjadi taman bacaan, dan berkeliling dari satu kampung ke
kampung yang lain untuk mengenalkan buku kepada mereka. Niat baiknya pun
disambut oleh beberapa donatur yang akhirnya memberikan sejumlah dana
untuk memperluas proyek sosialnya. Dan alhamdulillah kabarnya ia telah
memiliki tambahan koleksi buku dan membeli satu motor lagi untuk
memperluas jangkauan taman bacaannya.
Kembali lagi ke Mahanani, berikut hasil penelusuran saya :
“Ingin berguna semampu saya. Dulu saya termasuk orang yang malas
membaca, saya tidak ingin orang lain seperti saya dan tentunya menjadi
lebih baik dari saya,” aku Naim. “Saya tidak mendirikan Taman Baca
Mahanani sendirian. Orang tua saya adalah salah satu pencetusnya. Juga
banyak kalangan masyarakat, kawan, saudara yang ikut mendukung.”
“Mahanani adalah nama yang diberikan oleh ibu.
Diambil dari bahasa jawa yang berarti migunani, artinya sesuatu yang
berguna. Bisa juga diartikan sebagai wahana, sarana. Sesuai namanya,
semoga Taman Baca Mahanani selalu berguna, sanggup menjadi sarana
belajar apa saja bagi masyarakat lebih luas tanpa mengenal batas,
golongan, ras, siapa saja, diawali dari membaca apa saja. Yang dibaca
nggak harus buku, kan?”
“Konsep Mahanani hampir sama seperti perpustakaan. Buku-buku di sini
boleh dibaca di tempat atau dipinjam untuk dibawa pulang. Tanpa bayar
seperser pun. Peminjam bebas memilih berapa lama (hari) asal tidak lebih
dari 1 minggu. Jumlah peminjaman maksimal 3 (judul) buku. Bila buku
belum juga dikembalikan melebihi batas waktu pinjam, Mahanani akan
menjemput bukunya langsung ke alamat peminjam.”
“Buku-buku yang ada di Mahanani berasal dari sumbangsih berbagai
pihak, termasuk Bunglon Kampung Fiksi. Sampai Mahanani kebingungan
untuk berterimakasih dan membalas tiap kemuliaan mereka. Mereka keren,
mereka selalu bikin kejutan-kejutan yang mengharukan.”
“Buku-buku yang ada di Mahanani kebanyakan pengetahuan umum, fiksi.
Sedangkan koleksi buku untuk anak-anak masih bisa dibilang sedikit. Pada
awal berdiri, tanggal 21 April 2010, ada 1000 eksemplar buku.
Mayoritas buku pengetahuan umum. Sekarang kurang lebih hampir telah
mencapai 2000. Peminjam terbanyak adalah anak-anak dan remaja.”
“Kegiatan di Mahanani tak hanya seputar membaca dan meminjam buku
saja. Ada juga kalis (karya tulis), membuat mading, Do seneng (dongeng),
main-main buku dengan membuat hasta karya, keliling kampung dengan
becak bahenol dan menitipkan di beberapa tempat yang dipercaya dan rutin
diganti dengan buku baru.”
“Saat ini saya yang bertanggung jawab di Mahanani. Baru-baru ini
dibantu oleh dua manusia dari Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Harapannya semoga taman baca ini terus berkembang, kita tak bosan
belajar walaupun virus minat belajar yang kita sebar semakin meluas.
Karena pada dasarnya aktifitas sekecil apa pun seperti meningkatkan
minat baca sama halnya dengan membaca itu sendiri. Tinggal bagaimana
kreatifitas kita mengolahnya.”
Tertarik urun buku, bisa langsung kunjungi fanpage fb nya atau via email ke tamanbaca.mahanani at gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar