Sabtu, 29 Juni 2013

Memperingati Hari Buku Nasional yang dipelopori oleh Taman Baca Mahanani..:)..:)


Mahanani dan Naim Ali, dua nama yang tidak bisa dilepaskan. Satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
Ini adalah lanjutan dari postingan saya tanggal 6 mei lalu mengenai ajakan “Satu Kompasianer Satu Buku dan kembali diubah hastagnya di twitter menjadi #1Blogger1Buku di mana saya mengajak teman-teman untuk berbagi buku bersama untuk acara tanggal 17 mei bertepatan dengan hari buku nasional. Sejak dibuatnya postingan tersebut, alhamdulilah bantuan banyak berdatangan. Teman-teman blogger yang langsung merespon tulisan tersebut, Ila dengan gerilyanya di twitter juga Mas Ahmed kompasianer yang juga akan turut serta ke Solo memention satu demi satu peserta yang akan datang ke ASEAN Blogger.
Sampai di Solo, kamis sore dan menjelang gala dinner di rumah walikota Solo, sudah mulai ada teman blogger yang akan memberikan bukunya. Sampai esok hari, hari pertama acara di hotel kesuma Sahid, saya lebih banyak bermention ria dengan teman-teman yang akan menyumbangkan buku. Sampai hari terakhir, beberapa teman-teman blogger masih memberikan buku untuk program tersebut.

Minggu, 12 mei saya berangkat ke Jogja bersama dengan teman-teman Canting dan beberapa teman-teman blogger yang akan jalan-jalan ke Jogja. Tertolonglah beban gembolan-gembolan buku itu oleh para teman-teman yang keren. Dua hari di Jogja, baru kemudian saya dan Mbak Dwi Purwanti menuju ke Kediri.
Rabu pagi 15 mei dengan menaiki travel dari Jogja bersama Mbak Dwi, kita sampai di Kediri. Karena kesibukannya, Mbak Dwi memilih pulang lebih dulu sore harinya. Sedang saya masih menunggu sampai tanggal 17 menunggu acara hari H bermula.
Mas Naim, masih dengan cerita-ceritanya. Cerita tentang proses perjalanan acara “Nggak Malu Baca Buku” tentang niatnya membagi-bagi buku dan lain sebagainya dan lain sebagainya. Keadaan yang terlihat membuat saya menyimpulkan sendiri dengan apa yang saya lihat, perbedaan yang sangat mencolok antara komunitas daerah dan komunitas ibu kota. Iya, sangat berbeda, beberapa kali sempat menghadiri gathering dari komunitas kenamaan di ibu kota yang sangat mewah dan di tempat yang wah. Tapi dengan segala keterbatasan yang ada, acara yang digagas oleh Mas Naim dan Agung pelan tapi pasti mulai melihatkan gerahamnya.  Menegangkan untuk jajaran panitia yang bekerja secara sukarela.
16 mei, kamis malam saya diajak mbak Ulya kakak Mas Naim Ali untuk datang ke Pemkot. Terkejut dengan pemandangan di halaman pemkot, tenda-tenda yang berjejer, kursi-kursi yang berbaris rapih membuat saya berdecak kagum. Naim Ali GILA! Lagi-lagi, kalimat itu yang terpikir di kepala saya. Dengan perjuangannya yang memakan waktu lama dan sangat sulit itu, tapi berhasil menarik banyak pihak untuk terlibat.
Dan hari ini, tepatnya pagi tadi acara puncak akhirnya terselenggara sudah. Jam enam pagi, saya dengan beberapa teman dari YPPI berangkat dari Mahanani menuju pemkot. Sampai di pemkot, teman-teman panitia sudah mulai sibuk dengan tugasnya masing-masing. Satu demi satu, peserta mulai berdatangan. Dari anak TK, SD juga anak-anak SMU. Mereka datang tak hanya membawa satu buku di tangan, tapi juga dengan kostum masing-masing sekolah yang mempunyai keunikan dan perbedaan sendiri.
Dua MC yang bekerja sama dengan baik, Mas Kus dari YPPI yang menghipnotis peserta untuk ajakan membaca serentak selama lebih kurang sepuluh menit, sambutan dari walikota Kediri, dongeng dari Kak Nit-nit, juga tampilan dari beberapa komunitas yang hadir semua ditampilkan pagi tadi.
Mengetahui seluk-beluknya, mengetahui ceritanya sendiri dari Mas Naim Ali sebelum acara ini sampai terselenggaranya acara ini saya masih berpikir dan selalu kepikiran Mas Naim Ali itu gila. Iya, lagi-lagi dia adalah orang gila! Gila dengan nekatnya, gila dengan kemauannya. Dan kegilaannya itu alhamdulilah membuahkan hasil. SALUT! Bukan hanya dengan Mas Naim Ali, tapi juga relawan-relawan Mahanani.



Sources : http://media.kompasiana.com/buku/2013/05/17/hari-buku-561174.html 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar